Cukup Melihat dari Jauh
Menompang dahu sembari memandang jalanan, aku menghela nafas lelah. Bus sudah senyap dengan rusuhnya para penumpang. Tersisa suara musik yang kini menemani sang supir untuk mengantar kami pulang dari kegitan study tour. Sesekali pula kami berhenti hanya untuk pergi ke toilet atau semacamnya.
Aku mengambil air dari tas. Membuka tutupnya lalu menegak sampai airnya tersisa sedikit. Aku duduk merenung melihat bus sebelah yang juga ikut berhenti di area pemberhentiaan. Netraku tidak sengaja melihat siluet seseorang yang kini tengah bermain ponsel dengan jaket menyelimuti tubuhnya.
Aku tidak bisa mengalihkan pandanganku saat itu juga. Aku ingin melihatnya lebih lama lagi. Memandang wajahnya yang belakangan ini menjadi salah satu favorit ku. Tidak tahu kenapa aku bisa sampai menyukainya. Aku pun tidak tahu sudah dari kapan aku menyukainya. Yang aku tahu hanya kalau aku sangat menyukai paras yang ia miliki. Apa lagi tatapan dan senyuman yang selalu ia tunjukan pada seseorang. Itu membuatku ingin lebih mengenalnya. Atau, ingin aku menjadi salah satu seseorang yang ia pandang berbeda dari sekian banyak orang.
Aku tersenyum getir ketika aku mengingat sebuah omongan dari salah satu temanku kalau dia yang kini aku sukai sudah mempunyai pacar. Minder? Tentu saja. Apa lagi pacarnya yang serba bisa; aktif dalam organisasi, cantik, dan mungkin banyak yang suka padanya. Dibanding denganku, mungkin aku hanya seorang figuran dalam sebuah cerita novel yang sering aku baca.
Ya, walau begitu, ada juga rumor kalau dia sudah tidak bersama lagi dengan pacarnya itu.
Aku tidak tahu pasti. Itu juga aku modal dengar-dengar dari gosip teman sekelas. Tidak mungkin, kan? Kalau aku bertanya tentang dia pada teman-teman ku? Yah ... bukan aku tidak ingin terbuka. Namun, aku hanya tidak yakin dengan perasaanku. Aku juga sedikit tidak enak karena salah satu temanku ada yang berteman dengan pacar dia. Aku hanya takut kalau temanku akan membocorkan hal ini padanya dan membuat kesalahpahaman.
Ya, meski begitu, aku masih saja tidak bisa berhenti memandangnya dari jauh sambil berharap kalau dia bisa mengenalku dan kami pergi ke hubungan yang lebih dari teman. Namun, sepertinya itu mustahil bagiku yang hanya murid biasa tanpa adanya bakat, kepintaran dan kecantikan seperti pacarnya punya.
"Sa, kamu gak jajan?"
Aku menoleh saat namaku tersebut. Melihat gadis dengan kaca mata menghiasi wajahnya, aku menggeleng dan tersenyum tipis untuk merespon pertanyaan yang tadi ia lontarkan.
Tidak lama, bus melesat pergi dari rest area untuk pergi melanjutkan perjalanan pulang yang tertunda beberapa menit tadi. Aku kembali menompang dahu sembari menatap sesuatu di balik jendela bus. Meski sudah malam, tetapi jalan masih saja ramai dengan orang-orang yang berlalu lalang. Sepertinya orang-orang itu tidak memiliki ras lelah di malam hari. Bukannya tidur di rumah mereka justru berjalan-jalan keluar. Ya, berbeda untuk yang berjualan, sih.
"Liz!" Suara seseorang dari balik kursi yang ada di depanku terdengar.
Aku memajukan wajahku sedikit ke depan dan merespon panggilan itu. "Kenapa?"
Aku menunggu jawaban darinya sampai beberapa menit. Aku kira itu bukan panggilan dari seseorang; tapi hanya imajinasiku. Namun, saat ingin memejamkan mataku, Aku kembali mendengar suaranya.
"Laper. Ada makanan, gak?" Suara itu keluar membuatku berpikir bukan imajinasi ternyata.
Aku mengambil tas yang aku letakan di bawah kursi penumpang. Merogoh dan mencari sesuatu di sana. Makanan, aku tidak punya makanan yang bisa mengenyangkan perut. Namun, aku menemukan cemilan yang mungkin bisa menund laparnya.
Aku mengambil dan memberikannya pada temanku yang duduk di depan.
"Nih. Gue cuma punya ini, cukup buat nunda laper," ucapku sedikit lirih.
Sebuah tangan mengambil cemilan yang aku berikan disusul dengan suara lirih yang bahkan aku tidak bisa mendengarnya. Aku hanya merespon dengan dehaman singkat.
**
Aku menggeliat saat suara riuh terdengar di telingaku. Menetralkan pandangan, aku menatap ke samping dan depan di mana aku duduk sekarang. Aku juga menyempatkan diri menatap ke samping kanan. Ah, sudah hampir sampai di sekolah ternyata.
Tanganku meraih botol yang aku simpan di tas. Membuka lalu menghabiskannya sampai tidak tersisa.
"Udah sampai mana? Jam berapa sekarang?" tanyaku saat melihat teman dudukku tengah bermain ponsel.
Gadis yang memiliki asma Selfin menoleh lalu menjawab dengan seadanya, "Udah sampai pasar Bumiayu. Sekarang jam tiga kurang."
Aku mengangguk setelah mendengar jawaban darinya.
Aku lalu membuka ponsel beberapa saat setelahnya. Yah, mungkin batrai ponsel yang aku miliki ini cukup untuk bermain sebentar sampai aku meminta dijemput untuk pulang ke rumah.
Tepat saat data internet aku nyalakan. Beberapa pesan dari aplikasi hijau masuk di sana. Tidak hanya satu, tapi lebih dari itu.
Namun sayangnya, tidak ada pesan masuk dari seseorang yang selalu aku nanti balasan darinya. Ya, aku juga sadar diri kalau mungkin memang dia tidak tertarik denganku. Bahkan aku tidak yakin kalau dirinya akan tahu diriku ini.
Sekarang saja bisa dibilang kalau aku salah menyukai seseorang.
Aku melihat seorang gadis dan laki-laki tengah duduk berdua saat kami sudah sampai di sekolahan tepat jam tiga dini hari. Ada sedikit rasa sesak di bagian dada sebelah kiri. Juga, rasa kesal yang menjalar di tubuh. Namun apa dayaku yang hanya bisa melihat pasrah kedua remaja yang saling menyukai itu. Bukan kah lebih baik begitu? Dua orang yang sama-sama memiliki jabatan penting bagi sekolah. Dan jangan lupa untuk paras mereka yang sama-sama cocok.
Mungkin, memang lebih baik aku tidak menyukai seseorang kalau ujung-ujungnya bakalan berakhir sama seperti ini.
Aku tidak menyesal menyukainya. Justru aku bersyukur telah mengenalnya, menjadikan dia sebagai seseorang yang aku sukai. Aku menjadi seseorang yang bisa melepas apa yang harus aku lepas. Aku perah berencana mengungkapkan perasaanku. Namun, saat melihat dia bersenang-senang dengan gadis yang ia sukai, aku jadi berpikir dua kali untuk mengungkapkannya. Toh, lebih baik seperti ini. Menjadi seorang murid yang hanya sekedar murid sekolah tanpa adanya saling kenal mengenal. Bahkan sampai menjalin hubungan pertemanan. Apa lagi hubungan yang lebih dari teman. Dengan kata lain, menyukainya dalam diam serta mengamati dari kejauhan.
🌻🌻🌻🌻